Category  |  Santapan Rohani

Gagal Memahami Hal-Hal Mendasar

Selama berdekade-dekade, McDonald’s merajai dunia makanan cepat saji dengan menu burger Quarter Pounder (seperempat pon). Pada dekade 1980-an, sebuah jaringan waralaba pesaing memunculkan ide untuk mengalahkan perusahaan yang terkenal dengan lengkungan emasnya itu. A&W menghadirkan burger Third Pound (sepertiga pon)—berukuran lebih besar daripada burger McDonald’s tetapi dengan harga yang sama. Burger A&W ini bahkan memenangi berbagai ajang uji rasa yang dilakukan dengan mata tertutup. Meski demikian, burger ini gagal di pasar. Tidak ada yang membelinya. Riset mengungkapkan bahwa masyarakat gagal memahami hitung-hitungannya dengan mengira bahwa Third Pound (sepertiga) itu lebih kecil daripada Quarter Pounder (seperempat). Sebuah ide cemerlang yang gagal karena orang-orang gagal memahami hal-hal yang mendasar.

Mengasihi Allah, Mengasihi Sesama

Keluarga Alba mengalami kejadian langka: kelahiran dua pasang kembar identik dalam selang waktu hanya tiga belas bulan. Bagaimana mereka dapat membagi waktu untuk mengurus keluarga sekaligus pekerjaan mereka? Komunitas sahabat dan kerabat pun turun tangan. Kakek-nenek dari kedua belah pihak menjaga masing-masing sepasang cucu kembar pada siang hari supaya orangtua mereka dapat bekerja dan memperoleh nafkah. Ada satu perusahaan yang mendonasikan kebutuhan popok untuk setahun. Para rekan kerja juga memberikan jatah cuti sakit mereka untuk pasangan ini. “Kami tidak mungkin dapat melakukannya tanpa dukungan komunitas kami,” mereka mengakui. Bahkan, dalam sebuah wawancara langsung, salah seorang pembawa acara mencopot mikrofonnya lalu mengejar salah satu balita yang mencoba kabur. Alangkah besar peran komunitas dalam mendukung keluarga itu!

Renaisans dalam Yesus

Leonardo da Vinci dianggap sebagai contoh “manusia renaisans” yang terbaik. Kehebatan intelektualnya telah mendorong kemajuan berbagai bidang studi dan seni. Meski demikian, Leonardo mencatat tentang “hari-hari kita yang menyedihkan ini” dan meratapi kenyataan bahwa kita mati “tanpa meninggalkan kenangan apa pun tentang diri kita dalam benak orang-orang.”

Kasih yang Limpah Ruah

Seorang wanita yang duduk di sebelah saya di pesawat berkata bahwa ia bukan orang beragama dan telah pindah ke sebuah kota yang dihuni banyak orang Kristen. Ketika ia mengatakan bahwa hampir semua tetangganya pergi ke gereja, saya menanyakan pengalamannya. Ia berkata bahwa ia takkan pernah dapat membalas kemurahan hati mereka. Ketika ia membawa ayahnya yang seorang difabel ke negara barunya ini, para tetangga membangun sebuah jalur kursi roda yang landai menuju ke rumahnya dan menyumbangkan sebuah tempat tidur rumah sakit serta perlengkapan medis. Ia berkata, “Jika menjadi seorang Kristen membuat seseorang begitu baik, seharusnya semua orang menjadi Kristen.”

Langkah Selanjutnya dari Kasih

Apa yang membuat seseorang mau membantu pesaingnya? Bagi seorang pemilik restoran bernama Adolfo di Wisconsin, alasannya adalah kesempatan untuk mendorong para pemilik restoran lokal lainnya yang kesulitan beradaptasi dengan peraturan di masa pandemi COVID. Adolfo mengalami sendiri bagaimana sulitnya menjalankan bisnis selama masa pandemi. Didorong oleh kemurahan hati sebuah bisnis lokal lainnya, ia pun mengeluarkan lebih dari dua ribu dolar dari kantongnya sendiri untuk membeli kartu-kartu hadiah yang dibagikan secara cuma-cuma kepada para pelanggannya untuk digunakan di restoran-restoran lain dalam komunitasnya. Itulah ungkapan kasih yang terwujud dalam tindakan, bukan hanya berupa kata-kata.

Menolong seperti Tuhan Menolong

Ole Kassow dari Kopenhagen senang bersepeda. Suatu pagi, saat ia melihat seorang pria tua duduk seorang diri dengan tongkatnya di taman, Ole mendapat ide sederhana: mengapa tidak menawarkan orang-orang lanjut usia naik sepeda, supaya mereka dapat merasakan sukacita dan perasaan bebas. Jadi, pada suatu hari yang cerah, ia mampir ke sebuah panti jompo dengan becak sewaan dan menawarkan tumpangan bagi siapa saja di sana. Ia senang sekali saat seorang staf dan seorang penghuni panti menjadi penumpang pertama dari Cycling Without Age (Bersepeda Tanpa Kenal Usia).

Kepercayaan yang Membahagiakan

Linda menyelamatkan seekor anjing bernama Rudy dari tempat penampungan hewan beberapa hari sebelum Rudy “ditidurkan”, dan anjing itu pun menjadi sahabatnya. Selama sepuluh tahun, Rudy selalu tidur tenang di samping ranjang Linda, tetapi suatu kali ia tiba-tiba melompat ke atas ranjang dan mulai menjilati wajah Linda. Linda memarahinya, tetapi Rudy tetap mengulangi kebiasaan itu setiap malam. “Kemudian ia suka melompat ke pangkuanku dan menjilati wajahku setiap kali aku duduk,” ujar Linda.

Tuan di Surga

Pada tahun 2022 lalu, Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengumumkan bahwa semua pekerja rumah tangga migran wajib mendapat setidaknya satu hari libur dalam sebulan, yang tidak boleh diganti dengan imbalan lain selain cuti. Namun, para pemberi kerja mengkhawatirkan bahwa pada hari-hari cuti tersebut tidak ada yang bisa merawat orang-orang yang mereka kasihi. Meski kebutuhan tenaga perawat dapat diatasi dengan mencari pengganti, sikap mereka yang tidak melihat pentingnya waktu istirahat merupakan persoalan yang lebih pelik.

“AKU ADALAH AKU”

Jack, seorang profesor filsafat dan literatur, mempunyai pikiran yang cemerlang. Ia pernah menyatakan diri sebagai seorang ateis pada usia lima belas tahun dan gigih membela “iman ateis” yang dianutnya semasa dewasa. Teman-temannya yang Kristen berusaha meyakinkan Jack untuk mempercayai Tuhan. Jack menuturkan, “Semua orang dan segala sesuatu telah bergabung dengan pihak seberang.” Namun, Jack mengakui bahwa Alkitab berbeda dari literatur dan mitos lainnya. Mengenai Injil, ia menulis: “Jika ada mitos yang pernah menjadi kenyataan, yang benar-benar terwujud, maka itu pasti Injil.”